Attachment Style

Image
Hayiii! kembali lagi dengan per-tes-an duniawi~ Tes Love Language udah, DISC udah, MBTI udah. Sekarang yang lagi rame: Attachment Style.  Apa sih Attachment Style? Attachment theory is a psychological theory that attempts to explain how people form and maintain relationships, particularly those between a child and their caregiver. These internal working models guide their later relationships with others, shaping how they approach intimacy, trust, and emotional regulation.  Gampangnya, teori untuk mengidentifikasi tipe seseorang dalam membentuk dan memelihara hubungan.  Terbagi jadi empat tipe:  1. Disorganized/fearful-avoidant 2. Avoidant/Dismissive 3. Anxious/preoccupied  4. Secure  Lengkapnya ada di sini Tes ini pendekatannya ada dua yaitu hubungan kita dengan caregiver atau orang yang emang deket sama kita (ibu, ayah, pasangan) dan general .  Desclaimer bahwa hasil tes ini tentu dinamis ya karena bergantung dari apa yang kita rasakan dana alamin s...

 Tahun lalu, gue baru menemukan bahwa ada hal yang gak 'normal'.


Gue tau kalo gue teledor dan ceroboh tapi ternyata kebiasaan gue ini membuahkan kebiasaan buruk lainnya.


Setiap barang yang gue suka; hilang atau rusak, gue akan selalu me-replace barang hilang tersebut dengan barang yang sama persis. Gue gak mau merasa bersalah kalo barang itu hilang atau rusak. Gue mau merasakan bahwa barang tersebut masih tetep ada di sisi gue. Bahwa dia ga pernah hilang atau rusak.


Gue mau cari tau apa penyebab kebiasaan gue ini. Apakah ada orang yang sama kayak gue?


Gue tanya ke 3 temen gue. Mereka menjawab "engga. Akan beli dan cari yang baru."


Loh, bukan hal yang common, dong? Gue akhirnya tanyakan hal ini ke temen kantor gue yg merupakan psikolog.


"Sejak kapan?"

"Aku gatau. Tapi yg pasti aku mereplace semua barangku yang hilang pas aku kerja. Karena mungkin aku punya uang sendiri dan bisa ambil decision sendiri untuk beli."


Long story short, jawabannya adalah trauma saat kecil.


Gue udah teledor dan ceroboh dari dulu. Nyokap selalu marah atas ketelodoran dan kecerobohan gue bahkan hingga detik ini. Akhirnya, setiap kalo ada yang hilang gue selalu menyalahkan diri gue sendiri. Rasa bersalah itu akhirnya gue kubur dengan beli barang yang sama. Barang itu gak hilang, kok. Dia masih ada.


Karena gue merasa bahwa kebiasaan ini salah, solusi yang ditawarkan temen gue adalah gue harus nikmatin rasa bersalah itu. Gue harus ambil konsekuensinya dan merubah rasa bersalah tersebut dengan lebih berhati-hati, tidak ceroboh dan teledor.

Comments

Popular posts from this blog

Questions

Bahas Film Maharaja