Image
 Udah 27 tapi belum bikin thanks 26 dan review 2024.  On Vacay.

Tamansari, antara Cagar Budaya dan Wisata Labirin

Selasa, 25 Desember kemarin gue sedang berada di Jogja dan berkesempatan buat halan-halan ke Tamansari. Tamansari merupakan salah satu cagar budaya di Jogjakarta.

Nah loh apasih cagar budaya itu?
Menurut Kementerian Penddikan dan Budaya, Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Singkatnya, Cagar Budaya itu warisan budaya berupa benda atau bangunan sifatnya tidak dinamis atau tetap.

Gue mulai engeh harus menulusuri 'Interpretasi' yang udah diimplementasikan di wisata yang gue kunjungi karena pas gue ke Borobudur, gue merasa sangat 'sayang' ga menulusuri interpretasinya. Padahal, implementasi interpretasi di Borobudur bener-bener udah keren banget. 

Omong-omong soal interpretasi, banyak banget sepertinya yang belum paham apa maksud dari interpretasi. WKWKKW. Mentang-mentang baru belajar interpretasi sengaknya keubun-ubun:):):) Menurut materi kuliah mk. Interpretasi alam yang gue dapatkan: (sederhananya) Interpretasi merupakan jembatan komunikasi antara objek dengan kita para pengunjung. Interpretasi bisa berupa papan, label, leaflet, bahkan manusia yang biasanya kita sebut dengan interpreter. 

LANJUTTTT

Pas pertama kali gue nyampe di Tamansari. Muncul nih peta lokasi Tamansari yang geda alias gede banget.

peta lokasi

Persis di belakang peta yang geda ini ternyata ada papan interpretasi tersembunyi. Papan ini menjelaskan sejarah dari Tamansari. Seru banget bacanya karena penjelasannya dibahasakan secara ringan. 
sejarah (1)

sejarah (2)

Harga tiket sebesar 5k (Per Desember 2018) kita udah bisa keliling-keliling komplek wisata Tamansari. 
bentukan tiket
Pas masuk kita disambut sama gerbang dan terowongan yang dinamakan dengan Gapura Panggung. Setelah itu langsung deh ada kolam besar yang dulunya buat pemandian para permaisuri.
kolam yang kebetulan airnya sedang tidak ada

Waktu gue kecil, gue ngeliatnya kaya "woilah ini apaansih". Jujur yang gue liat tuh cuma kotakan air sama tanah kosong dowangan. Nah, karena sekarang saat beranjak dewasa gw udah paham banyak bagian spot foto di Tamansari, akhirnya gue penasaran dong "dimanasih tempat spot foto itu? ".
Berbekal no interpreter dan no leaflet, gue muter-muter sendiri ngecekin ruang-ruang.

Guess what? Ngak ada.
Yaudah lanjut gue pulang bersama rombongan lainnya.
"fix gasih gue harus balik lagi ke Tamansari???" gumamku sepanjang waktu perjalanan pulang.
Kemudian saat di tengah jalan gue bertemu seseorang yang menjuntaikan leafletnya dan menawarkan spot foto yang gue inginkan. Ternyata, masih ada bagian Tamansari yang selama ini ga gue tapaki. 
ini dia nih salah satu gerbang yang menghantarkan bagian lain dari Tamansari

Tapi apa yang saya dapatkan??? Gue tetep ga dapet dua spot ini:
sumber: jejakpiknik.com

sumber: jejakpiknik.com

Padahal gue penasaran banget ini ada di bagian mana sihhh:") yaAllah ti. asli. Kita tuh harus paham banget sama si peta Tamansari biar ga puyeng. Fyi, buat temen-temen yang belum pernah ke sini: Tamansari tuh diapit sama perumahan warga. Jadi ga secara utuh steril untuk wisata Tamansari. Pokoknya mirip-mirip labirin lah jatuhnya:""" jadi kita harus menelusuri juga memahami peta Tamansari. Doain aja gue berkesempatan ke Jogja lagi. Huft.
 
Meski mirip labirin, Tamansari udah ga diragukan lagi sebagai potensi wisatanya Jogja. Bangunan kuno khas Jogja, semakin membangkitkan suasana Keraton. Ea. Menurut gue, leaflet kayanya diperlukan banget buat dipajang di depan pintu masuk. Jadi buat yang mau dapet leaflet,  tinggal ambil (mungkin biasanya kaya gini ya. Tp kemarin gue kesana gadapet). Tanpa leaflet, Tamansari adalah labirin. Selain leaflet, menurut gue papan interpretasi sejarah di tiap objeknya jarang banget gue temui. Omong-omong soal papan interpretasi, simbol-simbol larangan sangat jarang.

Gue juga jadi tidak paham,  apakah bangunan ini bisa gue naiki? Apakah bangunan ini kokoh? Santunkah apabila gue panjat?  (kok ya jatuhnya agak bar-bar ya pertanyaan gw). Atau yaaa mungkin aja gue kelewat:)

Oleh karena itu,  amat sangat diperlukannya interpreter atau tour guide untuk ceritain sejarah per objek atau sebagai penunjuk jalan karena udah-gw-bilang-td Tamansari mirip labirin. Sayang banget kan ke Cagar Budaya super kece ini cuma buat foto-foto doang tanpa mengenali sejarahnya?

sekian dari saya, Wassalam
nb: untuk teman-teman yang sudah berkunjung dan mendapatkan spot kece yang gue inginkan, pls let me know dgn komentar di blog ini. terima kasih:""""

Comments

Popular posts from this blog

Questions

Bahas Film Maharaja