#BahasBuku Sunrise on the Reaping

Image
Gue harus posting ini karena menurut gue penting untuk diingat posisi dan perasaan gue after membaca Sunrise on the Reaping (SOTR). -- Hari di mana gue tau bakal ada prequel Hunger Games (LAGI), jujur, gue mix feelings . Apalagi bukunya tentang Haymitch. Entah kenapa gue melihat si Haymitch di trilogi tuh adalah pemabuk. Ya tapi gatau ya itu kan udah belasan tahun lalu. Dan mungkin core memory gue soal Haymitch sayangnya cuma pemabuk doang. WKWK. So, that's whyy gue rewatch trilogy hunger games di Netflix untuk mencari ketertarikan terhadap back story Haymitch.  Oke, maaf ini oot. Gue tuh dulu Tim Gale pol. Alasannya ya karena cakep aja sih. WKWK. Dan dulu gue baca Hunger Games itu setelah ada filmnya, kan. Jadi, gue melihat si Gale lebih cakep dari Peeta (menurut gue). Namun setelah gue rewatch, yang terjadi adalah GUE SUKA PEETA. Kurleb begini. Setiap liat Peeta gue SELALU TENANG. Dan gue seneng banget perasaan tenang tersebut. Oh, Allah pls give me a man like Peeta.  Lanju...

Antara Durasi dan Apresiasi

Apakah kalian pembaca Webtoon atau penikmat Webseries?
Kalau iya, lanjutin. Kalau enggak, gausah:p
Gue sebagai pembaca webtoon dan penikmat webseries, selalu banget merhatiin kolom komentar.

Konteksnya ke webtoon dulu ya. Soalnya gue tuh baca webtoon versi Indonesia dan English, jadi gue bisa menganalisis perbedaan antara kolom komentar Webtoon Indonesia, terutama The Secret of Angel, sama kolom komentar Webtoon English, Yumi's Cells. Beda? BEDA BANGETTT.

Komentar orang Indonesia kebanyakan tuh ngeluh. Contoh, "kok kependekan", "Yampon kok tiba-tiba udah abis aja!". Apalagi nih sekarang kan sistem Webtoon tuh bisa beli episode selanjutnya (paling banyak tiga episode kalo nggak salah) pake koin line. Sip. Makin menjadi-jadi deh.

"Kembalikan koin saya!!!"
atau
"Nyesel banget beli koin buat episode ini, pendek banget hiks hiks".

Pls banget nih,,,, KAN NGGAK ADA YANG MAKSA LO BELI:')


Berbeda dengan komentar di Webtoon English version, di sana tuh ga ada satupun yang bahas episodenya terlalu pendek apalagi minta dibalikin koin. Kebanyakan, komentar di english version adalah membahas isi dari komik tersebut. Mengapresiasi betapa kreatifnya author dalam mengembangkan karakter atau gimana nih nasib karakter di episode selanjutnya.


Ini juga berlaku sama webseries di Indonesia (gue belum membandingkan dengan webseries luar sih). Fokus bagian ini gue mau membahas kultur kita yang kurang mengapresiasi seorang creator.

Webseries keluar seminggu sekali, durasi 10 menit.

Coba donkk tebak apa aja komentarnya?

"Jangan remehkan kuota kami! Perpanjang durasinya!!"
"Udah nunggu satu minngu cuma nonton 10menit"
Dll

Ya, mungkin, kalimat di atas menandakan bahwa dia emang penasaran dan tertarik banget sama webseries tersebut. Namun sayangnya, kata-kata apresiasi yang diajarin pas sekolah, contohnya:

"wah keren!"
"kerja yang bagus!"
"pandai sekali kamu"

--Ga terketik satu hurufpun.

Saat dulu sebagai budak kelompok yang suka dikorbankan buat bikin design, ketika gue kelar dan upload hasil design di grup, kemudian ngedapetin respon:
"wahhh kereeen. Makasih Fla!" atau "bagus Flaaa! Makasih ya",

Ya udah seneng banget! Sudah cukup menghilangkan stress gue ngerjain design.

Walau misal, setelah apresiasi itu gue dapet revisi kaya, "Fla, itu kayanya si tulisannya terlalu kecil deh" atau "Fla, kayanya kurang ke tengah". Ya gapapa, gue tetep seneng karena udah diapresiasi sebelumnya.


Hmm kayanya emang perlu ya pembentukan etika komunikasi di kurikulum pendidikan Indonesia. Biar kalo komentar tuh mikir dulu supaya gak nyakitin orang


Gitu aja deh. Bye. Wassalam(:

Comments

Popular posts from this blog

Bahas Film Maharaja

Attachment Style