Satu Arah

Pikiranku malam ini melayang ke seberang selatan sana.

Memikirkan kabarmu yang tak kunjung dijawab.

Apa kabarmu?

Sial! Mana pernah kamu menjawab pertanyaanku yang sederhana itu?

Siang itu ku melirik awan yang gelap.

Pukul berapa ini?

Kamu berandai-andai memilih waktu yang tepat untuk menggambarkan sejuknya siang itu.

Aku mengiyakan.

Sejuk dan hangat mengapa terasa sama bila bersamamu?

Hahh! Heran, bagaimana bisa aku jatuh cinta denganmu

Berjumpa pun sebatas dari kertas.

Kini, pesan pun tak lagi dibalas.

Maka saban hari, kuputuskan untuk menyudahi satu arah ini.

Khawatir jika terus ku lanjutkan, semakin bias perasaan ini.

Kurang beruntung, akhir pekan ini kamu muncul lagi.

Tentunya bukan kamu sebagai sosok.

Biasalah, prismaku yang memproyeksikanmu.

Jadi, bagaimana dengan malam ini?

Ya, aku rindu dan tak tau dimana harus menyimpannya.

Haruskah ku teruskan satu arah ini? Atau putar balik saja?

Tunggu! Bukannya ini satu arah?