Catatan Harian Lapang #1

Deskripsi: Hasil Wawancara

Pada malam hari setelah makan malam, Bapak Sekdes mengunjungi tempat tinggal saya selama meneliti. Beliau menyambut dan menanyakan terkait topik yang akan saya teliti. Bapak Sekdes meanyakan bagaimana bentuk pertanyaan kesioner yang telah saya buat untuk para petani. Setelah saya membacakan kusioner tersebut, Bapak Sekdses turut memberikan saran-saran yang sangat berkaitan dengan kondisi lapang sehingga kueisoner saya dapat lebih respsonsif. Kemudian setelah membacakan kuesioner, saya juga melakukan wawancaran mendalam kepada Bapak Iwan selaku Sekdes Desa Cihamerang untuk menjadi informan aparat pemerintah desa.

Bapak Sekdes menyatakan bahwa sekitar 90% masyarakat Desa Cihamerang bermata pencaharian pada sektor peranian yakni petani. Jumlah petani tersebut merupakan kombinasi yakni baik bertani di  lahan taman nasional maupun milik lahan sendiri atau lahan di luar taman nasional. Berdirinya Taman Nasional Gunung Halimun Salak menurut Bapak Iwan sekitar tahun 1997, namun Bapak Iwan sedikit lupa mengenai tahun terakit informasi tersebut. Penetapan taman nasional dinilai cukup baik dikarenakan memang tidak terlalu berpengaruh atas akses masyarakat dalam memanfaatkan lahan di taman nasional. Namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa penghasilan masyarakat desa atas pengolahan yang dilakukan di lahan taman nasional relatif menurun dikarenakan sudah tidak diperbolehkannya menebang pohon, mengambil kayu, dan berburu hewan seperti burung yang dahulu sering dilakukan oleh masysrakat desa. Menurut Bapak Iwan, balai taman nasional pernah mensosialisasikan terkait aturan akses masyarakat. Balai menghimbau, mempersilakan, masyarakat melakukan pengelolaan pada lahan yang memang sudah terlanjur dibuka untuk usaha tani di taman nasional dengan syarat untuk tetap melestarikan dan tidak diperbolehkannya membuka lahan baru. Terkait hubungan-hubungan sosial atau jaringan yang dibentuk oleh antar petani, berdasarkan sepengetahuan Bapak Iwan tidak ada jaringan tersebut. Jaringan petani seperti kelompok tani ada di Desa Cihamerang namun bukan secara khusus jaringan dalam mengakses atau memepermudah pengelolaan di lahan taman nasional. Sedangkan jaringan yang dibentuk balai taman nasional dengan petani adalah Jamaskor atau Jaringan masyarakat koridor. Bapak Iwan menyatakan bahwa mayoritas petani yang mengelola pada taman nasional tidak memiliki izin secara tertulis namun sudah menjdi kebiasaan dan tidak ada pihak balai yang melarang petani dalam mengelola lahan di taman nasional,“Dilarang ya engga, engga dilarang juga engga” ujar Bapak Iwan.

Interpretasi: Analisa hasil temuan di lapang, bisa langsung dikaitkan teori atau sekedar analisa awal.

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Cihamerang adalah petani. Hal ini sesuai dengan data BPS Kabupaten Sukabumi yang menyatakan bahwa 80% jumlah rumatangga di Desa Cihamerang adalah rumah tangga petani.

Terkait akses masyarakat Desa Cihamerang pada kawasan konservasi, taman nasional, menurut analisa saya akses atas persseorangannya tidak berkurang secara signifikan namun apabila dibandingkan dengan jumlah petani yang dapat mengakses pada saat perum perhutani dengan taman nasional, dimungkinkan cenderung menurun. Hal ini dikarenakan adanya zonasi dan batasan untuk memperluasan lahan baru dalam kebijakan taman nasional. Akes pengambilan manfaat yang menurut saya paling berpengaruh adalah pengambilan manfaat atas pohon/kayu di kawasan konservasi dan perluasan lahan usaha tani.

Dalam melakukan aksesnya, masyarakat menggunakan cara untuk mengambil manfaat (akses) yang disebut dengan mekanisme akses. Mayoritas mekanisme akses yang dimiliki petani desa Cihamerang adalah mekanisme insitusional, bukan berbentuk jaringan melainkan berbentuk ‘hukum’ konvensi yakni suatu kebiasaan yang memang sudah diterima secara luas oleh masyarakat meskipun dalam perundangannya sudah tidak dierbolehkan untuk memanfaatkan lahan konsesrvasi, taman nasional. Berdasarkan pernyatan Bapak Iwan, hubungan sosial atau jaringan yang memungkinkan terbentuk pada akses masyarakat desa Cihamerang adalah jaringan yag dibentuk oleh pihak balai yaitu Jamaskor. Namun saat ini saya belum dapat mengkategorikan apakah Jamaskor masuk ke kategori legal, yakni terdapat peraturanya dalam perundangan tertulis atau merupakan sebuah bentuk hubungan sosial yang dapat dikategorikan dalam mekanisme akses institusional.